SatuJiwa
SatuJiwa UBAYA merupakan aksi nyata dan kepedulian Universitas Surabaya (UBAYA) terhadap mahasiswa, pensiunan, alumni, dan masyarakat yang membutuhkan support secara finansial. Berawal dari platform kolaborasi digital saling dukung antar-keluarga UBAYA di masa pandemi Covid-19, SatuJiwa UBAYA akan terus hadir ke depan meninggalkan jejak kebaikan bagi semua.
Syarat dan Ketentuan Satu Jiwa UbayaSambutan Ketua Yayasan
SatuJiwa dan Merawat Keberlanjutan
SatuJiwa sebagai bagian gerakan besar #UBAYAforIndonesia adalah usaha merawat keberlanjutan. Bukan hanya keberlanjutan Universitas Surabaya (UBAYA) dan civitas akademikanya, tetapi juga keberlanjutan bangsa serta negara Indonesia secara keseluruhan.
Universitas ini, UBAYA, memang didirikan untuk membina anak muda dari seluruh lapisan bangsa supaya kita bisa menjadi Indonesia sepenuhnya. Becoming the real Indonesia dan the real Indonesian. UBAYA harus menjaga jati dirinya sebagai Indonesia. UBAYA menjaga ke‐UBAYA‐annya dengan cara menjaga sikap respek pada sejarah, tanpa kehilangan pegangan dan pengalaman masa silam. Pegangan yang disebut core values dan akan menjadi daya pembeda, keunikan, sekaligus penjaga nurani dan keberlanjutan UBAYA di masa depan.
Sebagai living organization, UBAYA telah menjalani dinamikanya. UBAYA pernah menghadapi masa-masa sulit saat awal pendirian kampus ini. Kesulitan itu, di antaranya, mendorong Prof. Mr. Boedisoesetya, Rektor Pertama UBAYA memperkenalkan semboyan ”Lis Volat Propriis” atau terbang dengan sayap sendiri.
Saat itu, tepatnya pada 11 Maret 1968, pembangunan kampus UBAYA di Jalan Ngagel Jaya Selatan, Surabaya, yang sudah terhenti sekian lama karena kekurangan dana dilanjutkan kembali. Tanggal tersebut diperingati sebagai hari lahirnya UBAYA.
Urip iku Urup. Hidup itu sejatinya tentang menjadi berkat atau manfaat bagi orang lain. Pandemi Covid-19 melumpuhkan sebagian besar sendi-sendi ketahanan hidup masyarakat. Banyak yang kehilangan pekerjaan dan, tentu saja, penghasilan.
Kali ini spirit “Lis Volat Propriis” kembali kita bangkitkan. Tetapi bukan untuk membangun kampus UBAYA yang sudah megah ini. Namun, guna membangun bela rasa, solidaritas, dan kebersamaan keluarga UBAYA. Dari keluarga UBAYA untuk keluarga UBAYA dan masyarakat. Begitulah kira-kira.
Saya sudah mendengar dari saudara Rektor UBAYA Benny Lianto dan tim, kalau SatuJiwa akan terus hadir ke depannya, meninggalkan jejak kebaikan bagi semua. Tak hanya untuk mitigasi dampak Covid-19 sekarang. Tetapi jangka panjang. Upaya yang bagus dan saya dukung penuh.
Akhirnya, saya menyitir apa yang disampaikan oleh Winston Churchill, negarawan pesohor dan peraih Nobel sastra dari Inggris. “We make a living by what we get, but we make a life by what we give.” Maknanya: kita hidup dari apa yang kita dapatkan, tapi kita menciptakan kehidupan dari apa yang kita berikan.
Semoga ikhtiar dan kesungguhan upaya kita bersama ini diberkati oleh Tuhan yang Maha Kuasa.
Ketua Yayasan Universitas Surabaya,
Anton Prijatno
Sambutan Rektor
SatuJiwa, Legacy UBAYA demi Masa Depan
Raeni, dari bangku (orang tua penarik) becak ke kursi S-3 di Inggris. Itulah judul tulisan dari sebuah terbitan media daring (online) yang masih saya ingat beberapa tahun lalu.
Kita berharap SatuJiwa menjadi gerakan urun dana (crowdfunding) yang akan meninggalkan legacy dan impact jangka panjang bagi generasi penerus bangsa. Khususnya mahasiswa UBAYA. Tentu, tidak perlu mengharapkan ceritanya menjadi sedramatis Raeni.
Pandemi Covid-19 menyebabkan penurunan aktivitas perekonomian dalam skala besar secara global maupun lokal. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I/2020 anjlok menjadi 2,9%, dari sebelumnya rata-rata di atas 5%. Padahal, dampak pandemi baru dimulai pada pertengahan Maret 2020.
Pertumbuhan ekonomi kuartal berikutnya diperkirakan turun lebih dalam lagi dengan potensi pertumbuhan negatif. Artinya, sektor riil akan sangat terpukul. PHK bakal lebih membeludak. Kondisi ini diperkirakan terjadi dalam jangka panjang sekaligus memunculkan situasi new normal yang akan mengakibatkan bisnis-bisnis tertentu akan tetap tertekan secara jangka panjang. Di dalamnya, ikut terdampak orang tua dan penyandang dana pendidikan mahasiswa UBAYA serta keluarga besar UBAYA.
Karena itu, gerakan SatuJiwa ditujukan menggalang financial support bagi mahasiswa maupun keluarga besar UBAYA yang membutuhkan. Urun dana ini direncanakan memanfaatkan partisipasi semua stakeholders UBAYA: dosen, karyawan, mahasiswa, alumni, hingga perusahaan/pengusaha dll.
Alumni yang sudah berhasil memiliki perusahaan dapat mendanai sebagian mahasiswa yang terkena dampak COVID-19. Mahasiswa yang lebih mampu bisa menopang temannya yang kesusahan, dan seterusnya. Berapa pun besarnya. Support bisa diberikan secara umum hingga spesifik kepada mahasiswa atau target tertentu. Sebaliknya, keluarga besar UBAYA yang membutuhkan juga bisa mengajukan di SatuJiwa.
Momentumnya memang pandemi Covid-19. Namun, SatuJiwa akan terus disempurnakan ke depan. Bahkan selepas pandemi berakhir. Inisiatif urun dana sudah jamak dipakai di era industri 4.0., termasuk oleh kampus-kampus ternama di luar negeri. Mereka memanfaatkan sistem informasi dan teknologi pembayaran yang sudah mapan, sehingga memungkinkan beraneka portofolio kontribusi masuk di sana. Namun, di dunia pendidikan di Surabaya, bahkan mungkin di Tanah Air, UBAYA bisa jadi merupakan inisiator awal aplikasi urun dana berkesinambungan yang dikembangkan secara mandiri oleh internal universitas.
Akhirnya, selamat berpartisipasi di SatuJiwa. Bersama kita eratkan solidaritas dan kebersamaan keluarga besar UBAYA! (*)
Rektor,
Benny Lianto